IKATAN LOGAM
Sebelum kita
membahas tentang ikatan logam, terlebih dahulu kita membahas tentang logam. Logam
adalah unsur kimia yang mempunyai sifat-sifat kuat, liat, keras, penghantar
listrik dan panas, serta mempunyai titik cair tinggi. Logam memiliki ciri-ciri
sebagai berikut:
1.
Logam
memiliki konduktivitas elektrik yang tinggi, dan konduktivitas ini akan menurun
sesuai dengan turunnya suhu
2.
Logam
merupakan koduktor panas yang baik
3.
Memiliki
titik leleh dan titik didih yang tinggi
4.
Permukan
logam bersinar
5.
Merupakan
zat yang memiliki massa jenis yang tinggi dan keras
6.
Dapat
ditempa dan direnggangkan
7.
Memiliki
elastisitas yang tinggi
8.
Tak
tembus cahaya
9.
Memiliki
bilangan koordinasi yang tinggi(8,12,
14) dalam system Kristal
10.
Dapat
membentuk solid solution antar logam dengan mudah. Dan ini dikenal dengan alloy
11.
Logam
cendrung membentuk senyawa yang tidak sesuai dengan stokiometri dengan atom
lain(umumnya hydrogen, boron, carbon, dan nitrogen). Yang mana, atom lain
tersebut terjebak dalam struktur Kristal.
12.
Logam
umumnya merupakan unsure electropositive
13.
Semakin
kecil ukuran logam maka semakin reaktif logam tersebut
Struktur Logam
Pada Kristal logam, atom
yang tersusun dalam susunan yang berulang kita sebut dengan kisi kristal.
Penyusunan atom logam merupakan masalah besar dalam geometri. Oleh karena itu,
kita focus pada penyusunan atom dengan ukuran yang sama tetapi dengan cara yang
berbeda.
Berdasarkan pada
difraksi sinar X, pola atom logan dalam bentuk kristal dapat dibagi menjadi 4:
1.
Simple
Cubic(sc)/ kubus sederhana
(a) (b)
Gambar
1. a.Lapisan pertama dari kubus sederhana,
b. pola kubus sederhana yang terdiri dari banyak lapisan
Pola ini merupakan pola yang paling sederhana dari pola-polayang
lain. Pada pola ini, atom disusun berdasarkan penyusunan sisi per sisi. Untuk
lapisan atas dan selanjutnya disusun
sesuai lapisan dibawahnya. Setiap atom bersinggungan dengan 4 atom yang lain
yang satu lapisan, dan 1 atom diatas dan 1 atom lagi dibawah atom tersebut.
Jadi totalnya ada 6 atom. Berdasarkan hal ini bilangan koordinasi sc
adalah 6.
Kubus sederhana tidak terlalu
padat dan pola ini hanya ada pada struktur logam dari polonium, walaupun juga
terdapat pada beberapa senyawa ion.
2.
Hexagonal
close packed(hcp)
Pola
lain dalam struktur logam adalah berdasarkan atas susunan hexagon untuk setiap
lapisannya, yang mana setiap atom dikelilingi oleh 6 atom pada bidang yang
sama. Pada pola hexagonal, lubang antar atom lebih sempit dari pola kubus, pada
lapisan kedua dari pola hexagonal diletakkan diatas lapisan pertama, hal ini
secara fisika tidak dimungkinkan untuk menempatkan atom pada semua lubang pada lapisan pertama.
Pada faktanya, hanya ½ bagian lubang yang dapat ditutupi. Jika pada lapisan
ketiga diletakkan di atas lubang lapisan
kedua, maka secara otomatis mentupi lapisan pertama, dan susunan ini dilakukan
secara berulang-rulang. Maka dikenal dengan pola abab.
(a)
(b) (c)
Gambar
2. a) lapisan pertama pada pola hexagonal
b) lapisan kedua pola hexagonal c) pola hexagonal closed-packed
termasuk menempati lapisan ketiga diatas lapisan pertama(*)
3.
Face
centered cubic(fcc)/ kubud berpusat muka
Pada fcc hampir sama dengan hcp, akan tetapi yang membedakan adalah
pada lapisan ketiga menutupi lubang pada lapisan 1 dan 2. Dan untuk lapisan
keempat mengulagi pola lapisan 1. Makanya pola ini dikenal dengan pola abcabc.
(a)
(b)
Gambar 3. a) lapisan ketiga
pada pola kubus berpusat muka(*) b) pola kubus berpusat muka secara
keseluruhan
4.
Body
centerd cubic(bcc)/ kubus berpusat badan
Pada pola ini setip atom bersinggungan dengan 4 atom dibawahnya dan
4 arom diatasnya. Oleh karena itu bcc memiliki 8 bilangan koordinasi.
(a)
(b)
Gambar 4. a) lapisan 1 dan 2
pola kubus berpusat badan b) polakubus berpusat bada secara keseluruhan
Ini merupakan tabel sifat-sifat
dari jenis pola yang berbeda
Semakin kecil,
ruang kosong dari suatu pola maka semakin dekat jarak antar atom. Oleh karena
itu beberapa sifat logam dapat dikaitkan dengan dengan struktur logamnya.
Seperti titik leleh dan kekerasannya, jika ruang kosong semakin kecil maka
suatu logam akan memiliki titik leleh yang semakin tinggi, dan semakin keras.
Sebab, dengan ruang kosong yang semakin kecil mengakibatkan jarak antar atom
semakin dekat sehingga membutuhkan energy yang lebih besar untuk memutuskan
hubungan itu.
Suhu juga
berpengaruh terhadap pola struktur logam. Contohnya pada besi, besi memiliki
struktur bcc saat suhu ruangan, berubah menjadi fcc saat suhu
diatas 910 ˚C, dan kembali menjadi struktur bcc sekitar suhu 1390˚C.
Gambar 5. Penyebaran pola struktur logam pada table
periodic saat SATP
Unit Sel
Susunan(pola)
paling sederhana dari bidang, berulang dan ketika berulang-rulang akan
membentuk struktur kristal , dan hal ini kita sebut dengan unit sel. Sel yang paling mudah kita lihat pada
pola kubus sederhana. Pada unit sel kubus sederhanan, kita telah memootong
sebuah kubus dari inti pertengahan dari 8 atom. Sehingga setiap sudut sel
memiliki 1/8 atom. Maka, untuk satu unit sel dari kubus sederhana memiliki 1/8
x 8 = 1 atom.
Untuk body
centered cubic, setiap susudt memiliki 1/8 atom dan 1 ditengah. Maka setiap
satu unit sel memiliki 2 atom. Dan untuk fcc, setiap unit sel memilki
1/8 atom setiap sudutnya, dan ½ atom setiap sisinya, maka menjadi 4 atom.
(a)
gambar 6. a) kubus sederhana
b) kubus berpusat badan c) kubus berpusat muka
Alloy
Alloy merupakan campuran dari 2 atau lebih logam padatan.
Kemungkinan terbentuknya alloy sangat banyak. Alloy sangat penting dalam
kehidupan kita. Sebab dengan adanya alloy kita mendapatkan kelebihan dari
masing-logam penyusunnya. Alloy berikatan logam seperti unsure komponen logam.
Ikatan ini serupa dengan ikatan kovalen pada non logam.
Ada dua jeni
alloy, yaitu solid solution dan alloy compound. Pada pembentukaanya, lelehan
metal bercampur membentuk campuran yang homogen. Dan khusus untuk membuat solid
solution, atom- atom dari 2 logam tersebut harus memiliki jari-jari, struktur
pola logam, dan sifat kimia yang hamper sama. Contohnya, adalah alloy antara
emas dan tembaga. Emas memiliki jai-jari sebesar 144 ppm dan 128 ppm untuk
tembaga. Dan mereka sama-sama memiliki struktur pola logam yang sama yaitu fcc.
Berikut ini merupakan table beberapa contoh alloy
Ikatan pada Logam
Berbagai macam teori ikatan
logam yang dapat diperhitungkan dalam menjelaskan sifat dari logam, yang
pastinya menjelaskan tentang daya hantar alektrik yang tinggi dimiliki oleh
logam. Model teori yang paling sederhana dalam menjelaskan teori ini adalah
model lautan elektron. Pada model ini, elektron valensi bergerak bebas
melintasi struktur metal yang raksasa dan lalu meninggalkan metal sehingga
membentuk ion positive. Elektron valensi ini membawa arus listrik, dan melalui
perpindahan elektron valensi ini juga panas dapat dipindahkan antar metal.
Teori orbital
molekul memberikan model yang lebih tepat dalam menggambarkan ikatan logam.
Perluasan dari teori orbital ini disebut juga teori pita. Kita contohkan pada
orbital litium. Kita lihat bahwa dua atom litium dikombinasikan pada pasa gas
membentuk molekul dilitium. Diagram orbital molekul pada gambar 6 menunjukkan
gabungan orbital atom 2s. sekarang anggaplah bahwa 4 orbital atom litium digabungkan. Harus ada jumlah yang sama dari σ2s, orbital molekul sebagai
orbital dari atom 2s, setengah untuk anti ikatan dan setengah lagi untuk
ikatan. Dan untuk menghindari melanggari aturan kuantum, energy dari orbital
tidak dapat digenerasi. Berarti energy σ2s tidak akan sama dengan σ2s
yang lainnya.
(a)
(b)
Gambar
6. a) diagram orbital molekul untuk
molekul dilitium pada pasa gas b) diagram orbital molekul untuk
perpaduan dari 4 atom litium
Pada kristal logam
yang besar berarti kita memilki orbital atom dengan jumlah yang banyak dan kita
sebut n. Orbital ini berinteraksi sepanjang keseluruhan kristal logam, dan sama dengan prinsip
sebelumnya. Akan ada orbital molekul ½ n
σ2s dan ½ nya lagi ½ n σ*2s. dengan banyaknya jumlah
energy, jarak antar tingkat energy menjadi dekat. Sehingga, pada dasarnya
tingkatan energy tersebut merupakan rangkaian kesatuan, dan terlihat seperti
pita. Pada litium pita berisi setengah penuh dari orbital 2s. Dan dapat kita
lihat dari gambar 7, orbital bonding penuh sedangkan pada anti bondingnya
kosong.
Gambar 7. Turunan pita
dari orbital atom 2s gabungan dari n atom litium
Dan dari model
teori pita ini kita dapat membagi suatu zat berdasarkan daya hantanrnya menjadi
3 komponen:
1.
Konduktor
Dala
kristal logam, elektron-elektron bergerak kesemua arah, bila diberi beda
potensial e- bergerak sesuai dengan arah beda potensial dan akan mempunyai
enegi ynag lebih besar dari arah sebaliknya. Karena elektron valensi bebas
bergerak dalam logam sehingga logam dapat menghantarkan arus listrik.
Sesuai
dengan teori pita energy:
Logam yang memiliki pita energy ½ penuh
akan memiliki sifat konduktor.
2.
Isolator
Pada
isolator semua pita energy terisi penuh dengan elektron, berarti tidak ada
elektron bebas sehingga tidak menghantarkan listrik/panas.
3.
Semi
konduktor
Pada
semi kondukktor perbedaan energy antara pita terisi dengan pita kosong besar.
Adanya ketidak murnian dalam bahan(zat asing) memungkinkan adanya hantaran listrik.
Apabila ketakmurnian pitanya kosong dan terlokasi dekat pita valensi yang
terisi penuh, maka elektron dari pita valensi dapat loncat kepita ketakmurnian
ini sehingga dapat menghantarkan arus listrik(semi konduktor)
Contoh: Galium
+ Germanium
(a)
(b)
Gambar 8. Pita energi
a) isolator b) semi konduktor
DAFTAR PUSTAKA
Manku, G S.
1980. Theoretical Principles of Inorganic Chemistry. New Delhi:
McGraw-Hill Publishing Company Limited
Mon, Irma.
2010. Bahan Ajar Ikatan Kimia. Padang : FMIPA UNP
Rayner, Geoff
dkk. 2010. Descriptive Inorganic Chemistry, Edisi kelima. New York: W. H
Freeman and Company
Tidak ada komentar:
Posting Komentar