TEORI ORBITAL MOLEKUL
Struktur atom dan metoda mekanika
gelombang memungkinkan untuk memecahkan persoalan pokok dalam ilmu kimia, yaitu
apa yang menyebabkan atom dapat saling berikatan menjadi molekul. Ada
beberapa teori yang memberikan postulat – postulatnya tentang bagaimana bentuk
dari suatu senyawa, antara lain, teori Valence-Shell Elektron Pair Repulsion
(VSEPR), teori Ikatan Valensi, teori Orbital Molekul, teori Lewis, dan
sebagainya. Mengenai ikatan kovalen, dikenal dua jenis pendekatan
yaitu teori Orbital Molekul (teori MO) dan teori ikatan valensi (teori VB). Berdasarkan
teori ikatan valensi, ikatan kovalen dapat terbentuk jika terjadi tumpang
tindih orbital valensi dari atom yang berikatan.Teori Ikatan Valensi mampu
secara kualitatif menjelaskan kestabilan ikatan kovalen sebagai akibat
tumpang-tindih orbital-orbital atom. Dengan konsep hibridisasi pun dapat
dijelaskan geometri molekul sebagaimana yang diramalkan dalam teori VSEPR,
tetapi sayangnya dalam beberapa kasus, teori ikatan valensi tidak dapat
menjelaskan sifat-sifat molekul yang teramati secara memuaskan. Contohnya
adalah molekul oksigen, yang struktur Lewisnya sebagai berikut.
Menurut gambaran struktur Lewis
Oksigen di atas, semua elektron pada O2 berpasangan dan molekulnya
seharusnya bersifat diamagnetik, namun kenyataanya, menurut hasil percobaan
diketahui bahwa Oksigen bersifat paramagnetik dengan dua elektron tidak
berpasangan. Temuan ini membuktikan adanya kekurangan mendasar dalam teori
ikatan valensi, sesuatu yang mendorong pencarian alternatif pendekatan ikatan
yang lain yang dapat menjelaskan sifat-sifat O2 dan molekul-molekul
lain yang tidak cocok dengan ramalan teori ikatan valensi. Untuk menjawab hal
tersebut diperlukan teori lain yang dapat mendukung kelemahan teori ikatan
valensi ini yaitu teori Orbital Molekul.
Sifat magnet dan
sifat-sifat molekul yang lain dapat dijelaskan lebih baik dengan menggunakan
pendekatan mekanika kuantum yang lain yang disebut sebagai teori orbital
molekul (OM), yang menggambarkan ikatan kovalen melalui istilah orbital
molekul yang dihasilkan dari interaksi orbital-orbital atom dari atom-atom
yang berikatan dan yang terkait dengan molekul secara keseluruhan. Perbedaan antara orbital molekul dan
orbital atom adalah bahwa orbital atom terkait hanya dengan satu atom. Teori OM
menjelaskan bahwa atom-atom individu tidak lagi terdapat dalam molekul.
Menurut Bird, T (1987), atom-atom telah
melebur menjadi satu kesatuan yaitu molekul itu sendiri. Pendekatan dimulai
dengan inti-inti atom yang terdapat dalam molekul pada posisi-posisi tertentu
sebagai suatu kesatuan, baru kemudian satu per satu elektron ditempatkan ke
dalam sistem tersebut. Kebalikannya, teori ikatan valensi lebih mendasarkan
pendekatannya pada sudut pandangan kimia dalam arti bahwa atom-atom secara
individu dianggap memang terdapat dalam molekul. Struktur molekul dianggap
sebagai ikatan-ikatan yang terbentuk karena pertumpangtindihan orbital-orbital
atom-atom yang terdapat dalam molekul tersebut.
Teori Orbital Molekul
Teori orbital molekular mengandaikan
bahwa apabila dua atom atau lebih bergabung membentuk suatu spesies, maka
spesies ini tidak lagi memiliki sifat orbital atomik secara individual,
melainkan membentuk orbital molekular “baru”. Orbital molekular adalah hasil
tumpang-tindih dan penggabungan orbital atomik pada molekul.Menurut pendekatan
lurus (linear combination), jumlah molekuler yang bergabung sama dengan orbital
atomik yang bergabung. Bila dua atom yang bergabung masing-masing menyediakan
satu orbital atomik maka dihasilkan dua orbital molekuler, salah satu merupakan
kombinasi jumlahan kedua orbital atomik yang saling menguatkan dan lainnya
kombinasi kurangan yang saling meniadakan. Kombinasi jumlahan menghasilkan
orbital molekuler ikat (bonding) yang mempunyai energi lebih rendah, dan
kombinasi kurangan menghasilkan orbital molekuler antiikat (antibonding).
Orbital molekuler ikat (bonding)
yaitu orbital dengan rapatan elektron ikat terpusat mendekat pada daerah antara
kedua inti atom yang bergabung dan dengan demikian menghasilkan situasi yang
lebih stabil.Orbital molekuler antiikat (antibonding) yaitu orbital dengan
rapatan elektron ikat terpusat menjauh dari daerah antara inti atom yang
bergabung dan menghasilkan situasi kurang stabil.Penempatan
elektron dalam orbital molekul ikatan menghasilkan ikatan kovalen yang stabil,
sedangkan penempatan elektron dalam orbital molekul antiikatan menghasilkan
ikatan kovalen yang tidak stabil. Jika pada daerah tumpang-tindih
ada orbital atomik yang tidak bereaksi dalam pembentukan ikatan, orbital ikatan
yang dihasilkan disebut orbital nonikat (nonbonding).
Dalam orbital molekul ikatan
kerapatan elektron lebih besar di antara inti atom yang berikatan. Sementara,
dalam orbital molekul antiikatan, kerapatan elektron mendekati nol diantara
inti. Perbedaan ini dapat dipahami bila kita mengingat sifat gelombang pada
elektron. Gelombang dapat berinteraksi sedemikian rupa dengan gelombang lain
membentuk interferensi konstruktif yang memperbesar amplitudo, dan juga
interferensi destruktif yang meniadakan amplitudo.Pembentukan
orbital molekul ikatan berkaitan dengan interferensi konstruktif, sementara
pembentukan orbital molekul antiikatan berkaitan dengan interferensi
destruktif. Jadi, interaksi konstruktif dan interaksi destruktif antara dua
orbital 1s dalam molekul H2 mengarah pada pembentukan ikatan
sigma (σ1s) dan pembentukan antiikatan sigma (σ*1s),
(Chang, R, 2004).
(a)
(b)
Gambar 2.1 (a) interaksi konstruktif yang menghasilkan
orbital molekul ikatan sigma (b) interaksi destruktif yang menghasilkan orbital
molekul antiikatan sigma.
Pada gambar
diatas dapat dilihat bahwa pada orbital molekul antiikatan sigma terdapat
simpul (node) yang menyatakan kerapatan elektron nol, sehingga kedua inti
positif saling tolak-menolak.
Gambar 2.2 Tingkat energi orbital molekul
ikatan dan antiikatan molekul H2
Penggunaan teori orbital molekul ini dapat
diterapkan pada molekul-molekul lain selain molekul H2. Hanya saja,
jika dalam molekul H2 kita hanya perlu memikirkan orbital 1s
saja, maka pada molekul lain akan lebih rumit karena kita perlu memikirkan
orbital atom lainnya juga. Untuk orbital p, prosesnya akan lebih rumit
karena orbital ini dapat berinteraksi satu sama lain dengan cara yang berbeda.
Misalnya, dua orbital 2p dapat saling mendekat satu sama lain ujung
keujung untuk menghasilkan sebuah orbital molekul ikatan sigma dan orbital
molekul antiikatan sigma. Selain itu, kedua orbital p dapat saling
tumpang tindih secara menyimpang untuk menghasilkan orbital molekul pi (π2p)
dan orbital molekul antiikatan pi (π*2p).
(a)
(b)
Gambar 2.3(a) pembentukan satu orital molekul ikatan sigma dan satu
orbital molekul antiikatan sigma ketika orbital p saling tumpang tindih
ujung-ke-ujung. (b) ketika orbital p saling tumpang tindih menyamping,
terbentuk suatu orbital molekul pi dan suatu orbital molekul antiikatan pi.
Dalam
orbital molekul sigma (sigma moleculer
orbital) (ikatan atau antiikatan, kerapatan
elektron terkonsentrasi secara simetris di seputar garis antara kedua inti
atom-atom yang berikatan. Dua elektron dalam orbital molekul sigam
membentuk ikatan sigma. Dalam orbital
molekul pi (ikatan atau antiikatan), kerapatan elektron terkonsentrasi di atas
dan di bawah garis imajineryang menghubungkan kedua inti atom yang berikatan.
Dua elektron dalam orbital molekul pi membentuk ikatan pi. Ikatan rangkap
duahampir selalu terdiri atas ikatan sigma dan ikatan pi, ikatan rangkap selalu
berupa ikatan sigma dengan dua ikatan pi (Chang, R, 1987).
Fungsi gelombang elektron dalam
suatu atom disebut orbital atom. Karena kebolehjadian menemukan elektron dalam
orbital molekul sebanding dengan kuadrat fungsi gelombang, peta elektron nampak
seperti fungsi gelombang. Suatu fungsi gelombang mempunyai daerah beramplitudo
positif dan negatif yang disebut cuping (lobes). Tumpang tindih cuping positif
dengan positif atau negatif dengan negatif dalam molekul akan memperkuat satu
sama lain membentuk ikatan, tetapi cuping positif dengan negatif akan
meniadakan satu sama lain tidak membentuk ikatan. Besarnya efek interferensi
ini mempengaruhi besarnya integral tumpang tindih dalam kimia kuantum.
Pembentukan Orbital Molekul
Dalam
pembentukan molekul, orbital atom bertumpang tindih menghasilkan orbital
molekul yakni fungsi gelombang elektron dalam molekul. Jumlah orbital molekul
adalah jumlah atom, dan orbital molekul ini diklasifikasikan menjadi orbital
molekul ikatan, non-ikatan, atau antiikatan sesuai dengan besarnya partisipasi
orbital itu dalam ikatan antar atom. Syarat pembentukan
orbital molekul ikatan sebagai berikut:
1.
Cuping
orbital atom penyusunnya cocok untuk tumpang tindih.
2.
Tanda
positif atau negatif cuping yang bertumpang tindih sama.
3.
Tingkat
energi orbital-orbital atomnya dekat.
Kasus
paling sederhana adalah orbital molekul yang dibentuk dari orbital atom A dan B
dan akan dijelaskan di sini. Orbital molekul ikatan dibentuk antara A dan B
bila syarat-syarat di atas dipenuhi, tetapi bila tanda salah satu orbital atom
dibalik, syarat ke-2 tidak dipenuhi dan orbital molekul anti ikatan yang
memiliki cuping yang bertumpang tindih dengan tanda berlawanan yang akan
dihasilkan (Gambar 2.4).
Gambar
2.4 Pembentukan orbital molekul
Tingkat
energi orbital molekul ikatan lebih rendah, sementara tingkat energi orbital
molekul anti ikatan lebih tinggi dari tingkat energi orbital atom
penyusunnya.Semakin besar selisih energi orbital ikatan dan anti ikatan,
semakin kuat ikatan. Bila tidak ada interaksi ikatan dan anti ikatan antara A
dan B, orbital molekul yang dihasilkan adalah orbital non ikatan. Elektron
menempati orbital molekul dari energi terendah ke energi yang tertinggi.
Orbital molekul terisi dan berenergi tertinggi disebut HOMO (highest occupied
molekuler orbital) dan orbital molekul kosong berenergi terendah disebut LUMO
(lowest unoccupied molekulerorbital).
Dua atau lebih orbital molekul yang
berenergi sama disebut orbital terdegenerasi (degenerate). Orbital-orbital itu
dinamakan sigma (σ) atau pi(π) sesuai dengan karakter orbitalnya. Suatu orbital
sigma mempunyai simetri rotasi sekeliling sumbu ikatan, dan orbital pi memiliki
bidang simpul. Oleh karena itu, ikatan sigma dibentuk oleh tumpang tindih
orbital s-s, p-p, s-d, p-d, dan d-d (Gambar 2.5) dan ikatan pi dibentuk oleh
tumpang tindih orbital p-p, p-d, dan dd (Gambar 2.6).
Bila
dua fungsi gelombang dari dua atom dinyatakan dengan φA dan φB, orbital molekul
adalah kombinasi linear orbital atom (linear combination of the atomic orbitals
(LCAO) diungkapkan sebagai :
Menurut Bird, T
(1987), pendekatan orbital molekuler memiliki beberapa prinsip dasar yang harus
dipenuhi. Prinsip dasar itu adalah:
a. Jumlah molekuler yang terbentuk sama
dengan jumlah orbital atomik yang berinteraksi.
b. Jumlah orbital antiikatan yang terbentuk
sama dengan jumlah orbital ikatan.
c. Tiap orbital molekuler dapat menampung dua elektron yang
harus memiliki spin yang berlawanan.
d. Elektron-elektron yang terdapat pada
orbital molekuler juga mengikuti aturan Hund dan prinsip Pauli.
e. Untuk membentuk ikatan yang stabil,
jumlah elektron dalam orbital ikatan harus lebih besar daripada jumlah elektron
dalam orbital antiikatan.
Untuk memahami
sifat-sifat molekul, kita harus mengetahui bagaimana elektron-elektron
terdistribusi di antara orbital-orbital molekul. Prosedur untuk menentukan
konfigurasi elektron suatu molekul analog dengan prosedur yang digunakan untuk
menentukan konfigurasi elektron atom. Chang, R (1987) membuat aturan
konfigurasi elektron untuk membantu memahmi kestabilan orbital molekul. Aturan
tersebut dijelaskan sebagai berikut:
a. Jumlah orbital molekul yang terbentuk
selalu sama dengan jumlah orbital atom yang bergabung.
b. Semakin stabil orbital molekul ikatan,
semakin kurang stabil orbital molekul antiikatan yang berkaitan.
c. Pengisian orbital molekul dimulai dari
energi rendah ke energi tinggi. Dalam molekul stabil, jumlah elektron dalam
orbital molekul ikatan selalu lebih banyak daripada dalam orbital molekul
antiikatan karena kita selalu menempatkan elektron dalam orbital molekul ikatan
yang berenergi lebih rendah terlebih dahulu.
d. Ketika elektron ditambahkan ke orbital
molekul dengan energi yang sama, susunan yang paling stabil diramalkan aoleh
aturan Hund, yaitu elektron memasuki ke orbital-orbital molekul ini dengan spin
sejajar.
e. Jumlah elektron dalam orbital molekul
sama dengan jumlah semua elektron pada atom-atom yang berikatan.
1. Teori Orbital Molekul pada Senyawa Diatomik Homointi
Senyawa
diatomik homointi terdiri dari dua unsur yang memiliki inti atom yang identik.
Atom-atom yang sama akan memiliki tingkat energi yang sama pula. Dalam molekul
hidrogen (H2) tumpang tindih orbital 1s masing-masing atom hidrogen
membentuk orbital ikatan σg bila cupingnya mempunyai tanda yang sama
dan antiikatan σu bila bertanda berlawanan, dan dua elektron mengisi
orbital ikatan σg (Gambar 2.7).
Gambar
2.7 Orbital molekul H2, tanda panah mengindikasikan spin elektronnya
Terbentuknya
orbital molekuler pada molekul H2 dapat didekati dengan metoda KLOA (Kombinasi Linear Orbital Atomik)
sebagai berikut:
Ψ = N
(Ψx + Ψy)
Ψ*
= N (Ψx + Ψy)
Ψ
= fungsi gelombang untuk
orbital molekuler
Ψ
= fungsi gelombang untuk
orbital molekuler
Ψx
danΨy = fungsi
gelombang orbital 1s hidrogen untuk
atom x dan y
N =
konstanta normaliasi
N mempunyai nilai sedemikian sehingga:
Dimana
dt adalah volume unsur dalam tiga
dimensi yaitu: dt = dx.dy.dz. dari
persamaan dapat diperoleh peluang menemukan sebuah elektron dengan jalan
mengkuadratkan persamaan gelombang Ψ.
Ψ2 = N2
(Ψx2 + Ψy2 + 2Ψx Ψy)
Ψx2
menunjukkan peluang menemukan elektron di sekeliling atom x
Ψy2
menunjukkan peluang menemukan elektron di sekeliling atom y
2Ψx + Ψy
menunjukkan peningkatan elektron pada daerah antara kedua inti
Untuk persamaan
gelombang Ψ* peluang untuk menemukan sebuah elektron dinyatakan dalam:
Ψ*2 = N2
(Ψx2 + Ψy2 - 2ΨxΨy)
-2Ψx Ψymenyatakan
penurunan kepekatan elektron pada daerah antara kedua inti (Bird, T, 1987).
Untuk molekul
oksigen (O2) dengan konfigurasi 8O= 1s2 2s2
2p4.
Gambar 2.8 Orbital
molekul O2
Dari Gambar 2.8
dapat diketahui bahwa selain adanya orbital atom (samping), ada juga orbital
molekul (Tengah). Elektron-elektron pada orbital molekul merupakan jumlah dari
elektron-elektron yang terdapat di dalam masing-masing orbital kulit valensi
unsur penyusunnya. Orbital s akan membentuk ikatan sigma dan orbital p akan
membentuk ikatan pi. Orbital dengan tanda asterik (*) berarti merupakan orbital
anti pengikatan, suatu molekul menjadi tidak stabil. Semakin banyak elektron pada
orbital anti pengikatan, suatu molekul akan semakin tidak stabil. Dari gambar
tersebut dapat diketahui bahwa gas O2 merupakan gas paramagnetik
karena elektron tidak mengisi orbital π*px dan π*py
secara penuh/ sehingga konfigurasi elektron valensi molekul O2
adalah:
(σ2s)2(σ*2s)2(σ2pz)2(
π2px)2(π2py)2(π*2px)1(π*2py)1
atau (σ2s)2(σ*2s)2(σ2p)2(
π2p)4(π*2p)2
Kita
dapat menuliskan seperti bentuk kedua karena orientasi x, y, z tidak menjadi
masalah berarti.
Gambar
2.9 Orbital molekul N2
Orde
ikatan antar atom adalah separuh dari jumlah elektron yang ada di orbital
ikatan dikurangi dengan jumlah yang ada di orbital anti ikatan. Misalnya, dalam
N2 atau CO, orde ikatannya adalah (8 – 2)/2= 3 dan nilai ini
konsisten dengan struktur Lewisnya.
2. Teori Orbital Molekul pada Senyawa Diatomik Heterointi
Atom-atom
pada senyawa ini memiliki keelektronegativitas yang berbeda, maka tentu
atom-atom memiliki tingkat energi yang berbeda pula. Orbital molekul dua atom
yang berbeda dibentuk dengan tumpang tindih orbital atom yang tingkat energinya
berbeda. Tingkat energi atom yang lebih elektronegatif umumnya lebih rendah,
dan orbital molekul lebih dekat sifatnya pada orbital atom yang tingkat
energinya lebih dekat. Oleh karena itu, orbital ikatan
mempunyai karakter atom dengan keelektronegatifan lebih besar, dan orbital anti
ikatan mempunyai karakter atom dengan keelektronegatifan lebih kecil.
Misalnya,
lima orbital molekul dalam hidrogen fluorida, HF, dibentuk dari orbital 1s
hidrogen dan orbital 2s dan 2p fluor, sebagaimana diperlihatkan dalam Gambar
2.21. Orbital ikatan 1σ mempunyai karakter fluorin, dan orbital 3σ anti ikatan
memiliki karakter 1s hidrogen. Karena hidrogen hanya memiliki satu orbital 1s,
tumpang tindih dengan orbital 2p fluor dengan karakter π tidak efektif, dan
orbital 2p fluor menjadi orbital nonikatan. Karena HF memiliki delapan elektron
valensi, orbital nonikatan ini menjadi HOMO.
Gambar
2.10 Orbital molekul HF
Dalam
karbon monoksida, CO, karbon dan oksigen memiliki orbital 2s dan 2p yang
menghasilkan baik ikatan sigma dan pi, dan ikatan rangkap tiga dibentuk antar
atomnya. Walaupun 8 orbital molekulnya dalam kasus ini secara kualitatif sama
dengan yang dimiliki molekul yang isoelektronik yakni N2 dan 10
elektron menempati orbital sampai 3σ, tingkat energi setiap orbital berbeda
dari tingkat energi molekul nitrogen. Orbital ikatan 1σ memiliki karakter 2s
oksigen sebab oksigen memiliki ke-elektronegativan lebih besar. Orbital
antiikatan 2π dan 4σ memiliki karakter 2p karbon (Gambar 2.11).
Gambar
2.11 Orbital molekul CO
Konfigurasi
elektron valensi molekul CO adalah (σ2s)2(σ*2s)2(π2p)4(σ2p)2.
Pada molekul diatomik heterointi, energi orbital π2p lebih rendah
dibanding σ2p, sehingga letak orbital σ2p berada di atas
π2p, berbeda dengan letak orbital kedua orbital tersebut pada
molekul diatomik homointi.
MolekulHClmerupakanmolekulheterointi,
dimana
kedua atom berasal dari unsur yang berbeda. Atom Cl memiliki nomor atom 17 dengan konfigurasi elektron: 1s2 2s2 2p6
3s2 3p5, sedangkan atom H memiliki
nomor atom 1 dengan konfigurasi elektron: 1s1. Atom Cl
lebih electron negative daripada atom H. Diagram korelasi orbital molekul
menunjukkan bahwa tingkat-tingkat energi
dari atom Cl yang lebih
electron negative bergeser ke arah bawah,
karena atom Cl menarik
elektron-elektron valensi lebih kuat daripada
atom H seperti
gambar2.12.
Gambar2.12.OrbitalmolekulHCl
Orbital-orbital
atom bercampur secara signifikan membentuk orbital molekul hanya jika energi orbital-orbital ini cukup berdekatan dan mempunyai simetri yang benar. Pada molekul HCl, orbital 1s dari atom Cl energinya terlalu rendah untuk bias bercampur dengan orbital 1s dari atom H. Hal yang sama juga terjadi untuk orbital 2s atom Cl. Berdasarkan teori hibridisasi sebelum atom Cl berikatan dengan atom H membentuk molekul maka akan terjadi hibridisasi orbital atau pencampuran orbital atom Cl.
Pada atom Cl dapat dilihat bahwa orbital 3s bercampur dengan orbital 3p (karena berada dalam satu kulit) sebelum membentuk orbital molekul. Hal
ini dikarenakan semua electron pada kulit terluar memiliki kesempatan yang sama untuk berikatan dengan electron pada atom H, sehingga terjadi pencampuran orbital 3s dan 3p pada atom Cl.
Interaksi antara 3s pada atom Cl membentuk ikatan sigma, biasanya apabila terjadi interaksi membentuk ikatan maka akan terbentuk 2 orbital yaitu orbital σ dan σ*. Namun, karena
orbital ikatan 4sb lebih rendah energinya dari nonbonding maka tidak terbentuk ikatan anti sigma (σ*). Tumpang tindih total dari orbital 1s hydrogen dengan
orbital 3Px atau 3Py (terletak di atas 5sb pada gambar 4) atom Cl adalah nol , sebab fasa positif dan negative dari fungsi gelombang gabungan bila dijumlahkan menjadi nol. Atom Cl hanya meninggalkan orbital 3Pz (4sb), yang bergabung dengan orbital 1s hydrogen menghasilkan orbital σ dan σ*.
Dari gambar2.12dapat dilihat bahwa orbital 3Px (2πnb), dan 3Py (2πnb)
dari klor tidak bercampur dengan orbital 1s dari hydrogen dan dengan demikian tetap berada dalam keadaan atomic (non pengikatan). Elektron-elektron dalam orbital ini tidak berkontribusi secara signifkan dalam pengikatan kimia. Karena klor lebih elektro negative daripada hidrogen, energi orbital 3p nya terletak di bawah energi orbital 1s dari hidrogen. Bila kedelapan electron valensi digunakan untuk HCl, maka konfigurasi orbital molekul yang dihasilkan adalah:
(3sCl)2
(σ)2 (3pCl)4
Orde ikatan totalnya adalah 1 sebab elektron-elektron dalam orbital atom non pengikatan tidak mempengaruhi orde ikatan.elektron-elektron dalam orbital σ akan lebih cenderung ditemukan dekat dengan atom klorin dari pada di dekat atom hidrogen, dan dengan demikian HCl memiliki momen dipole Hδ+Cl δ-.
Orde Ikatan (bond order)
Untuk menentukan
seberapa stabil suatu molekul diatomik, kita tentu membutuhkan patokan
kuantitatifnya. Disini dapat digunakan orde ikatan sebagai nilai kestabilan tersebut.
Semakin besar nilai orde ikatan, semakin stabil molekul tersebut.
Dari rumus tersebut, dapat disimpulkan
semakin banyak elektron pada orbital anti ikatan, semakin tidak stabil molekul
tersebut.
Sebagai contoh urutan kestabilan H2+, H2,
He2+, dan He.
Dengan menggunakan rumus di atas,
kita dapat mengurutkan spesi-spesi di atas berdasarkan tingkat kestabilannya:
H2>H2+>He2+>
He.
Kesimpulan
1.
Orbital
molekular adalah hasil tumpang-tindih dan penggabungan orbital atomik pada
molekul. Menurut pendekatan lurus (linear combination), jumlah molekuler yang
bergabung sama dengan orbital atomik yang bergabung. Bila dua atom yang
bergabung masing-masing menyediakan satu orbital atomik maka dihasilkan dua
orbital molekuler, salah satu merupakan kombinasi jumlahan kedua orbital atomik
yang saling menguatkan dan lainnya kombinasi kurangan yang saling meniadakan.
Kombinasi jumlahan menghasilkan orbital molekuler ikat (bonding) yang mempunyai
energi lebih rendah, dan kombinasi kurangan menghasilkan orbital molekuler
antiikat (antibonding).
2. Dalam pembentukan molekul, orbital atom
bertumpang tindih menghasilkan orbital molekul yakni fungsi gelombang elektron
dalam molekul. Senyawa diatomik homointi terdiri dari dua
unsur yang memiliki inti atom yang identik. Atom-atom yang sama akan memiliki
tingkat energi yang sama pula. Atom-atom pada senyawaheterointimemiliki
keelektronegativitas yang berbeda, maka tentu atom-atom memiliki tingkat energi
yang berbeda pula.
3.
Orde
ikatan dapat digunakan untuk menentukan tingkat kestabilan molekul. Semakin
tinggi orde ikatan maka semakin tinggi kestabilan molekulnya.